Prof. Mohammad Yamin, dalam karya tulisnya "Tan Malaka Bapak Republik Indonesia" memberi komen: "Tak ubahnya daripada Jefferson Washington merancangkan Republik Amerika Syarikat sebelum kemerdekaannya tercapai atau Rizal Bonifacio meramalkan Philippina sebelum revolusi Philippina pecah ...." Inilah bukti bahawa TAN MALAKA bukan lelaki sembarangan yang diakui keberadaannya baik di Indonesia mahupun di luar negeri. Berjuang tanpa pamrih bagi kemerdekaan merah putih, meski akhirnya harus tewas ditangan bangsanya sendiri.Setelah dalam ceritanya yang panjang lebar tentang pasukan Brigade Sikatan, tempat persembunyian dari kejaran penjajah Belanda.
Tolu (84) lelaki yang menjadi saksi kunci tentang misteri kematian TAN MALAKA warga Desa Selopanggung Kecamatan Semen Kabupaten Kediri kembali bercerita kepada Imam Mubarok wartawan RADAR Surabaya.Meski agak bersusah payah untuk sekadar mengingat kejadian 58 tahun lalu, Tolu tergolong lelaki bijak. Dengan bantuan nama-nama yang dibawa RADAR Kuala Lumpur yakni tentang Brigade S dan foto-foto pasukan Brigade S. Tolu kembali teringat tentang Sutan Ibrahim atau yang lebih dikenali dengan TAN Melaka lelaki kelahiran Nagari Pandam Gadang, Suliki, Sumatra Barat, 2 Jun 1897 itu
"Setelah Pak Dayat menyembunyikan tawanannya yang akhirnya tewas, yang saya duga adalah Sutan Ibrahim. Kemudian pasukan Brigade S meninggalkan Desa Selopanggung setelah setahun bersembunyi. Sebelum meninggalkan kampung kami pasukan membakar fail yang dibawa. Seingat saya ada beratus-ratus buku yang dibakar saat itu. Bahkan sangking banyaknya buku itu tidak habis terbakar selama satu minggu, "kata Tolu.
Lalu kemana tawanan Dayat yang kemudian mati itu dikubur setalah pasukan TRI meninggalkan desa "Saya tidak tahu itu sebab saat itu kami orang desa hanyalah orang suruhan dan hanya bias membantu yang boleh kami Bantu. Misal membawa surat, membuat makanan dan menjaga kerahsiaan kewujudan para ahli TRI ini dari musuh, "tambahnya.
Menurut Tolu tawanan yang terbunuh itu tentunya tidak akan dikubur jauh dari desanya. Kemudian dia teringat akan kuburan Mbah Selopanggung orang yang dipercayai kali pertama membabat hutan dan menghuni Desa Selopanggung dan memberikan nama Selopanggung yang berada di dekat batu besar yang tepat berada di belakang rumahnya.
"Kira-kira 50 meter dari lokasi batu besar yang oleh warga tempatan diyakini sebagai tempat wingit atau angker ada makam Mbah Selopanggung. Ada dua pohon kamboja tua satu diyakini warga merupakan nisan makam Mbah Selopanggung. Dan ada satu lagi yang usianya di bawah pohon kamboja yang ada di makam Mbah Selopanggung, mungkin itulah makamnya "katanya.
Kerana usianya yang lanjut dan kesulitan jalan, akhirnya Tolu memerintahkan Syamsuri bekas Kepala Desa Selopanggung dan Solikin tokoh pemuda setampat untuk membawa RADAR Kuala Lumpur ke makam yang dimaksud.Setelah melakukan perjalanan melalui jalan batu yang turun naik di kaki Gunung Wilis lebih kurang 500 meter, akhirnya sampailah di makam yang dimaksudkan.
Dari kejauhan RADAR Kuala Lumpur melihat ada makam dalam sebuah lembah yang kelihatan angker. Dengan mengucap Basmallah akhirnya kami turun dengan dipandu Syamsuri. RADAR Kuala Lumpur mengamati satu per satu makam tua yang ada tempat tersebut, memang benar apa yang diceritakan Tolu ada dua pohon kamboja tua di tempat tersebut. "Itu pohonya yang paling tua adalah makam Mbah Selopanggung orang yang pertama kali membuka daerah ini. Dan ini adalah makam misteri yang yang dimaksudkan Pak Tolu itu, "kata Syamsuri menunjukkan makam yang dimaksudkan yang hanya tiga meter dari makam Mbah Selopanggung.
Dalam hati kecil saya berkata, sangat mungkin makam tersebut adalah makam TAN MALAKA. Sebab jika ditarik garis lurus dengan tempat tinggal Mbah Yasir yang digunakan tempat tinggal pasukan Brigade S, lokasi makam tersebut pas sekali. Dan disitulah patut diduga makam TAN MALAKA setalah ditembak mati oleh Leftenan Dua Sukotjo yang juga bekas Datuk Bandar Kuala Lumpur itu
. "Zaman dulu kan belum ada nisan seperti sekarang ini, orang dulu hanya mengingat lokasi dan biasanya ditandai dengan pohon kamboja (adinium jawa)," kata Syamsuri.Keberadaan makam misteri tersebut juga dibenarkan Sukoto (87) warga Selopanggung seangkatan Tolu yang pernah menjadi kurir Brigade Sikatan, "Makam tua hanya satu yakni makam Mbah Selopanggung, seingat saya makam kedua itu muncul setelah pasukan TRI meninggalkan kampung kami," kata Sukoto yang ditemui RADAR Kuala Lumpur usai mendatangi makam misteri di lembah atau yang lebih dikenali di Selopanggung dengan nama makam ledokan itu .
Setelah mendapat maklumat dari dua orang yang paham ketika tahun-tahun tersebut. RADAR Kuala Lumpur kemudian berdiskusi kecil dengan Syamsuri dan kawan-kawan tentang misteri TAN MALAKA yang namannya tetap harum hingga sekarang sebelum akhirnya kembali ke Kota Kediri untuk menulis kisah misteri kematian TAN MALAKA. Hanya ada satu cara yang boleh digunakan untuk membuktikan itu semua adalah test DNA setalah makam misteri itu dibongkar, namun semua itu masih menjadi misteri dan biarlah TAN MALAKA menghilang namun namannya tetap dikenang. Wallahua'lam.
Monday, April 2, 2012
mengungkap kematian tan malaka
0 Comments